Iman kepada Qada dan Qadar
IMAN
KEPADA QADA’ dan QADAR
Pada postingan saya kali ini akan membahas tentang
qada dan qadar untuk bahan pelajaran PAI di kurikulum 2013
1.
PENGERTIAN BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan
dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat qada’ menurut bahasa
artinya Ketetapan. Qada’artinya ketetapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya
yang bersifat Azali. Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya
keberadaan atau kelahiran mahluk. Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa
berarti ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau
timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qada’ dan Qadar dalam keseharian
sering kita sebut dengan takdir. Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah
percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi
di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman
kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam. Rasulullah SAW bersabda
yang artinya : “Iman adalah kamu percaya kepada allah, para malaikat,
kitab-kitab, para rasul-Nya, hari akhir, dan kamu percaya kepada takdir baik
maupun buruk.” (HR. Muslim)
Dan
sabda Rasullullah SAW yang artinya : “Malaikat akan mendatangi nuthfah yang
telah menetap dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima malam seraya
berkata; ‘Ya Tuhanku, apakah nantinya ia ini sengsara atau bahagia? ‘ Maka ditetapkanlah
(salah satu dari) keduanya. Kemudian malaikat itu bertanya lagi; ‘Ya Tuhanku,
apakah nanti ia ini laki-laki ataukah perempuan? ‘ Maka ditetapkanlah antara
salah satu dari keduanya, ditetapkan pula amalnya, umurnya, ajalnya, dan
rezekinya. Setelah itu catatan ketetapan itu dilipat tanpa ditambah ataupun
dikurangi lagi.” (HR. Muslim)
Allah
berfirman :
Artinya
: “Tiadalah suatu bencana menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu,
melainkan dahulu sudah tersurat dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS.
Al-Hadiid:22)
2. HUBUNGAN ANTARA
QADA DAN QADAR
Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan
bahwa antara qadha dan qadar selalu berhubungan erat . Qadha adalah ketentuan,
hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari
ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan
perbuatan.
Perbuatan
Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat
Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut
Artinya
” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
Orang kadang-kadang menggunakan istilah qadha dan qadar
dengan satu istilah, yaitu
Qadar
atau takdir. Jika ada orang terkena musibah, lalu orang tersebut mengatakan,
”sudah takdir”, maksudnya qadha dan qadar.
3. KEWAJIBAN BERIMAN
KEPADA QADA DAN QADAR
Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh
seorang laki-laki yang berpakaian serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki
itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan. Tentang keimanan Rasulullah
menjawab yang artinya: Hendaklah engkau beriman kepada Allah,
malaekat-malaekat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman
pula kepada qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut
berkata” Tuan benar”. (H.R. Muslim)
Lelaki
itu adalah Malaekat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama
kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jawaban Rasulullah yang dibenarkan oleh Malaekat
Jibril itu berisi rukun iman. Salah satunya dari rukun iman itu adalah
iman kepada qadha dan qadar. Dengan demikian , bahwa mempercayai qadha dan
qadar itu merupakan hati kita. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa
segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.
Sebagai
orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri kita.
Di dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: ” Siapa yang
tidak ridha dengan qadha-Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku
yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku.
(H.R.Tabrani)
Takdir
Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu
sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan
keinginan kita, hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang
diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan
atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas.
Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita
belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.
4.HUBUNGAN ANTARA QADA DAN QADAR DENGAN IKHTIAR
Iman
kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa
Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan
dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut
yang artinya
”Sesungguhnya
seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian
Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat
ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan
hidupny) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin
Mas’ud).
Dari
hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah
sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya,
tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha
dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan
tidak datang dengan sendirinya.
Janganlah
sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan
berbuat kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang
pencuri tertangkap dan dibawa kehadapan Khalifah Umar. ” Mengapa engkau
mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, ”Memang Allah sudah
mentakdirkan saya menjadi pencuri.”
Mendengar
jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini
dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang yang ada
disitu bertanya, ” Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?”Khalifah
Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab
mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah”.
Mengenai
adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi
Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi.
Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya
dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi
menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab
Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun
bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
UNTUK LEBIH LENGKAPNYA SILAHKAN DOWNLOAD FILE DOCNYA DI SINI
UNTUK LEBIH LENGKAPNYA SILAHKAN DOWNLOAD FILE DOCNYA DI SINI
0 Response to "Iman kepada Qada dan Qadar"
Post a Comment